Minggu, 11 Oktober 2020

Pangeran Samber Nyowo

Pangeran Samber Nyowo: Mangkubumi / Hamengkubuwono I, Adipati Anom / Pakubuwono III, Raden mas Said / Mangkunegara I dan Perjanjian Salatiga.

Oleh: Anggoro Ruwanto




Walaupun di iming iming i dengan hadiah sebesar total 1500 real + jabatan Bupati bagi yang bisa menangkap hidup atau mati Rm. Said alias Pangeran Samber nyawa. Tak seorang pun yang berhasil meringkus atau mencoba coba mendekati nya. 

Melihat kenyataan tersebut, Nicolaas Hartingh, pemimpin VOC di Semarang, dibikin frustasi karena peperangan yang berkepanjangan sungguh-sungguh menguras kas VOC. Juga hilangnya nyawa beberapa ratus tentara membuat kedudukan Belanda semakin lemah. Demikian pula misi perdagangan mereka jadi tidak mencapai target. 


Lalu Nicolaas Hartingh mendesak Sunan Paku Buwono III meminta supaya Rm. Said mau di bawa ke meja perdamaian. Sunan Pakubuwana III lalu mengirim Adipati Surogedug menemui  Rm. Said. Yang menyatakan bersedia berunding dengan Sunan Pakubuwana III, dengan syarat tanpa melibatkan VOC. 

Akhirnya Rm. Said datang menemui Sunan PB 3 di Keraton Surakarta dengan dikawal 120 prajuritnya. Sunan PB 3 menerima dengan sangat baik kedatangan Rm. Said bahkan  memberikan dana bantuan logistik sebesar 500 real untuk prajurit nya. Dalam pertemuan itu banyak hal yang disepakati diantara mereka yang intinya bahwa meneruskan peperangan hanya akan merugikan rakyat jelata dan membangkrutkan perekonomian rakyat Jawa.


Akhirnya, terjadilah perdamaian dengan Sunan Pakubuwana III yang diformalkan dalam Perjanjian Salatiga, 17 Maret 1757. Pertemuan berlangsung di Desa Jemblung, Wonogiri.  Sunan menjemput Rm. Said di Desa Tunggon, sebelah timur Bengawan Solo. Untuk menetapkan batas-batas wilayah kekuasaan Rm. Said. d

Dalam perjanjian yang hanya melibatkan Sunan Paku Buwono III, dan saksi utusan Sultan Hamengku Buwono I dan VOC ini, disepakati bahwa Rm. Said diangkat sebagai Adipati Miji alias mandiri. Walaupun hanya sebagai adipati, kedudukan hukum Rm. Said adalah raja dengan gelar Mangkunegara I.

Belandapun memperlakukannya sebagai raja ke III di Jawa Tengah, selain Sunan Pakubuwana III,  dan Sultan Hamengku Buwono I.

Walaupun tidak boleh memakai gelar Sunan atau Sultan... Tapi boleh memakai gelar pangeran.


Wilayah Pemerintahan Pangeran

Mangkunegara I meliputi Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu. 

Akhirnya, Mangkunegara I mendirikan istana di pinggir Kali Pepe pada tanggal 4 Jimakir 1683 (Jawa), atau 1756 Masehi. Tempat itulah yang hingga sekarang dikenal sebagai Istana Mangkunegaran. 


Prestasi Pangeran Mangkunegara I :


1. Selain ahli strategi dan peperangan juga tercatat sebagai raja Jawa yang pertama melibatkan wanita di dalam angkatan perang. 

Sebanyak 144 di antara prajuritnya adalah wanita, terdiri dari satu peleton prajurit bersenjata karabijn (senapan ringan), satu peleton bersenjata penuh, dan satu peleton kavaleri (pasukan berkuda). Mangkunegoro tercatat sebagai raja Jawa yang pertama melibatkan wanita di dalam angkatan perang. Prajurit wanita itu bahkan sudah diikutkan dalam pertempuran, ketika ia memberontak melawan Sunan, Sultan dan VOC. Selama 16 tahun berperang, Mangkunegara mengajari wanita desa mengangkat senjata dan menunggang kuda di medan perang. Ia menugaskan sekretaris wanita mencatat kejadian di peperangan.


2. Menciptakan Tarian sakral ( magis ) yaitu : 


- Bedhaya Mataram-Senapaten Anglirmendung (7 penari wanita, pesinden, dan penabuh wanita), sebagai peringatan perjuangan perang Kesatrian Ponorogo.

- Bedhaya Mataram-Senapaten Diradameta (7 penari pria, pesinden, dan penabuh pria), sebagai monumen perjuangan perang di Hutan Sitakepyak.

- Bedhaya Mataram-Senapaten Sukapratama (7 penari pria, pesinden, dan penabuh pria), monumen perjuangan perang bedah benteng Vredeburg, Yogyakarta.


3. Gelar Pahlawan Nasional.

Pada 1983, pemerintah mengangkat Pangeran Mangkunegara I sebagai pahlawan nasional, karena jasa-jasa kepahlawanannya.Mendapat penghargaan Bintang Mahaputra. Mangkunegara I memerintah wilayah Kadaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu. Ia bertahta selama 40 tahun, dan wafat pada 28 Desember 1795.


Nb : untuk bagian 15 saya ingin mengupas GEGER PECINAN dan hubungan nya dengan raja raja Jawa.


Rujukan Sunting :

1. Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi

2. H.J.de Graaf. 1989. Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII (terj.). Jakarta: Temprint

3. M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

4. Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius

5. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

6. J. Ras.1993. Geschiedschrijving en de legitimiteit van het koningschap op Java In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 150 (1994), no: 3, Leiden, 518-538

0 komentar:

Posting Komentar