Sabtu, 10 Oktober 2020

Amangkurat IV

Amangkurat IV: Pangeran Blitar, Pangeran Diponegoro Madiun, dan Pangeran Arya Mataram.

Oleh: Anggoro Ruwanto

Seperti sudah saya ceritakan di bagian 7 ketika Pangeran Puger berhasil mengalahkan Raja Kartasura ( Amangkurat III ) di menjadi raja tetapi tidak mau memakai gelar Amangkurat 4 lebih senang memakai gelar Pakubuwana I.


Setelah Sunan Pakubuwana 1 wafat pada tahun 1719 yang menggantikannya adalah anaknya yang lahir dari Ratu Mas Blitar. 

Nama aslinya adalah R. Mas Suryaputra. Namun ketika menjadi raja dia memilih gelar Amangkurat 4 atau lebih dikenal sebagai Amangkurat Jawa. Memerintah dari th 1719 sampai wafatnya 20 April 1726.


Sunan Pakubuwana 1 juga punya anak yang bernama Pangeran Arya Dipanegara. Dia adalah putra yang lahir dari selir.  Pada hari hari terakhir pemerintahan nya ( 1719 ) terjadi pemberontakan Pangeran Arya Jayapuspita adik dari Adipati Jangrana, di Surabaya, Maka Pakubuwana 1 memerintahkan anaknya ini ( Pangeran Arya Dipanegara ) untuk menumpasnya.  Saat sedang bertugas itulah ia mendengar berita kematian ayahnya ( yang ia curigai ada rekayasa pada sebab kematian nya ) yang tak lama kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan R. Mas Suryaputra sebagai raja baru dengan gelar Amangkurat IV. Hal ini membuat Dipanegara enggan pulang ke Kartasura.

Karena apabila issue yang berkembang ternyata benar bahwa kematian ayahnya ( Pakubuwana 1 ) tidak wajar, maka kepulangan nya ke Kartosuro jadi seperti menghantarkan nyawa saja.


Pangeran Arya Dipanegara lalu mengangkat diri menjadi raja bergelar Panembahan Herucakra yang beristana di Madiun. Ia bergabung dengan kelompok Jayapuspita ( pemberontak yang seharusnya ia perangi ) yang bermarkas di Mojokerto. Bersama mereka menyusun pemberontakan terhadap Amangkurat IV yang dilindungi VOC.


Sementara itu, Amangkurat IV juga berselisih dengan kedua adiknya, yaitu Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya. ( Karena dari kedua adiknya inilah beredar issue kalau ayah mereka matinya diracun dengan racun warangan ) Kedua pangeran itu akhirnya dicabut hak-haknya sebagai pewaris tahta dan kekayaannya juga diambil oleh Amangkurat IV.


Pangeran Blitar akhirnya memberontak di istana dengan dukungan kaum ulama yang anti VOC. 

Pangeran Purbaya dan Arya Mangkunegara (putra Amangkurat IV) bergabung dalam pemberontakan itu. Namun karena pihak Amangkurat IV lebih kuat, para pemberontak akhirnya menyingkir meninggalkan Kartasura.


Pangeran Blitar lalu membangun kembali kota Karta (bekas istana Mataram zaman Sultan Agung). Ia mengangkat diri sebagai raja bergelar Sultan Ibnu Mustafa Paku Buwana, dan kerajaannya disebut Mataram Kartasekar.


Paman Amangkurat IV, yaitu Arya Mataram ( Arya Mataram adalah anak Amangkurat 1. Lihat dibagian 7 ) juga meninggalkan Kartasura menuju Pati di mana ia mengangkat diri sebagai raja di sana.


Perang saudara memperebutkan takhta Kartasura ini menyebabkan rakyat Jawa terpecah belah. Sebagian memihak Amangkurat IV yang didukung VOC, sebagian memihak Pangeran Blitar, sebagian memihak Pangeran Dipanegara Madiun, dan sebagian lagi memihak Pangeran Arya Mataram.


Pangeran Blitar ingin sekali memperluas wilayah nya, daripada memerangi Amangkurat 4 yang pasti gagal karena di bantu VOC, maka dia membujuk Jayapuspita (sekutu Pangeran Dipanegara Madiun - yang bermarkas di Mojokerto ) memihak kepadanya dan menggunakan kekuatan Mojokerto itu untuk menggempur kakaknya di Madiun. Pangeran Arya Dipanegara kalah dan menyingkir ke Baturrana. Di sana ia ganti dikejar-kejar pasukan Amangkurat IV. Akhirnya, Pangeran Arya Dipanegara pun menyerahkan diri pada Pangeran Blitar dan bergabung dalam kelompok Mataram Kartasekar.


STRATEGI PENUMPASAN : 


1. Pada bulan Oktober 1719 pihak Kartasura dan VOC menumpas paman Amangkurat IV lebih dahulu, yaitu Arya Mataram yang memberontak di Pati. ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung dialun alun Jepara.


2. Pada bulan November 1720 gabungan pasukan Kartasura ( Amangkurat 4 ) dan VOC menyerang Mataram Kartasekar dihancurkan sehingga kelompok Pangeran Blitar menyingkir ke timur.


Satu per satu kekuatan pemberontak berkurang. 


3. Pangeran Jayapuspita meninggal karena sakit tahun 1720 sebelum jatuhnya Mataram Kartasekar. Perjuangannya diteruskan oleh adiknya, yaitu Pangeran Panji Surengrono yang juga membawahi ratusan prajurit eks Untung Suropati.


4. Pangeran Blitar sendiri juga meninggal tahun 1721 akibat wabah penyakit saat dirinya berada di Malang.


Perjuangan dilanjutkan Pangeran Purbaya yang berhasil merebut Lamongan. Namun kekuatan musuh jauh lebih besar. Perang akhirnya berhenti tahun 1723. Kaum pemberontak dapat ditangkap. 


5. Pangeran Purbaya dibuang ke Batavia,

 

6. Pangeran Arya Dipanegara Madiun dibuang ke Tanjung Harapan, ( Afrika )


7. Panji Surengrana (adik Jayapuspita) dan beberapa keturunan Untung Suropati dibuang ke Srilangka.


AKHIR PEMERINTAHAN AMANGKURAT IV.


Amangkurat IV kemudian berselisih dengan Cakraningrat IV bupati Madura (barat). Cakraningrat IV ini dulu ikut berjasa memerangi pemberontakan Pangeran Jayapuspita di Surabaya tahun 1718 silam. Namun Ia memiliki keyakinan bahwa Madura akan lebih makmur jika berada di bawah kekuasaan VOC langsung  daripada sebagai bawahan Kartasura ( Amangkurat IV ) yang dianggapnya bobrok.


Hubungan dengan Cakraningrat IV kemudian membaik setelah ia diambil sebagai menantu Amangkurat IV. Kelak Cakraningrat IV ini memberontak terhadap Pakubuwana II, pengganti Amangkurat IV.


Amangkurat IV sendiri jatuh sakit bulan Maret 1726 karena diracun ( issue nya, juga dengan racun warangan ) Sebelum sempat menemukan pelakunya, ia lebih dulu meninggal dunia pada tanggal 20 April 1726.


Amangkurat IV digantikan putranya yang baru berusia 15 tahun bergelar Pakubuwana II sebagai raja Kartasura selanjutnya.


Pustaka Sunting :


1. Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi

2. M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

3. Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius

4. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

0 komentar:

Posting Komentar