DIPONEGORO PAHLAWAN GOA SELARONG.
Bagian 3.
Oleh: Anggoro Ruwanto
PERKAWINAN YANG PERTAMA :
Sekitar tahun 1803 Diponegoro menikahi putri kedua seorang guru agama dari daerah Sleman, desa Dadapan, Kiai Gede Dadapan.
Namanya Raden ayu Retno Madubrongto. Hubungan mereka sangat harmonis, karena memang saling mencintai sampai kelak lahir anak yang pertama, yaitu Raden Mantri Mohammad Ngarip. ( Diponegoro II ).
Namun rumah tangga mereka terganggu dengan ulah Sultan Hamengkubuwono III ( ayah Diponegoro ) yang kecewa karena Diponegoro menikahi anak rakyat biasa.
Maka diadakanlah pernikahan politis dan yang lebih bergengsi. Atas rekayasa Sultan Hamengkubuwono III dan kerabat keraton, mereka memanggil Diponegoro untuk datang.
PERKAWINANNYA YANG KE DUA.
Dengan sedikit paksaan dan intimidasi, dinikahkanlah Diponegoro dengan Raden ayu Retno Kusumo atau Raden Ajeng Supadmi, putri Bupati Panolan ( Jipang Panolan / sekarang Cepu dan Randu blatung ) yaitu Raden Tumenggung Notowidjoyo III.
Pesta pernikahan diadakan pada 27 February 1807 dengan sangat meriah. Dan juga dihadiri para pejabat Belanda. Namun perkawinan mereka tidak mendatangkan kebahagiaan dan hanya sebentar. Karena Raden ayu Retno kusomo sering mengejek istri pertama Diponegoro yang berasal dari kasta yang lebih rendah. Akhirnya perkawinan mereka berakhir ketika Raden ayu Retno Kusumo lebih memilih untuk tinggal dalam lingkungan Kaputren, keraton di jogjakarta.
PERGAULAN DIPONEGORO DENGAN ELITE KERATON YOGYAKARTA.
Ada beberapa keluarga / pejabat keraton yang tertarik mendalami agama islam, jadi ada kecocokan hati antara Diponegoro dengan mereka, diantaranya yang sering dikunjungi Diponegoro adalah :
1. Raden ayu Danukusumo, seorang putri Sultan Hamengkubuwono I, istri dari Patih Danureja II, yang sangat menguasai tulisan Arab Pegon, dan mempunyai literatur Islam - Jawa. Selain itu Raden ayu Danukusumo juga ahli main catur dan lawan Diponegoro yang tangguh.
2. Raden Tumenggung Wiroguno murid dari Kiai Taptojani, ia pernah menikahi kakak perempuan Diponegoro, tetapi kemudian sangat dibenci karena selingkuh dengan ibu tirinya yaitu ratu Kedaton, istri resmi dari ayahnya ( Sultan Hamengkubuwono III ).
3. Mas Tumenggung Kartodirdjo II, Bupati di Sokowati, banyak mempunyai buku-buku Islam Jawa. Kelak jadi panglima tentara nya Diponegoro di wilayah Madiun.
4. Syekh Abdul Ahmad bin Abdullah al Ansari, laki-laki Arab Jedah, yang sering mengunjungi Diponegoro dengan pakain jubah putih dan sorban putih ( mungkin ini yang menginspirasi Diponegoro untuk memakai pakaian yang sama ).
Selain bertukar ilmu agama, dia juga memberikan banyak informasi tentang dunia perpolitikan diluar Jogja kepada Diponegoro.
5. Ahmad ( menantu dari syekh Abdul Ahmad ) yang menetap di Tegalrejo, kelak dua orang Arab ini akan jadi penasehat perang Diponegoro.
PREMAN-PREMAN SAHABAT DIPONEGORO.
Mereka lebih dikenal sebagai kelompok wong Durjono. Yaitu para pelaku kriminal didunia hitam. Antara lain :
1. Kelompok preman yang menguasai penyeberangan kali Progo, antara Mangiran dan Kamijoro.
2. Mantri Tuwo Buru, kelompok preman pemburu macan. Kelak merekalah yang mensuplai senjata dan memberikan tempat perlindungan bagi Diponegoro dan para pengikutnya.
Kontak-kontak Diponegoro, dengan para golongan hitam ini memancing komentar yang kurang baik dari pihak keraton.. hal ini tercatat dalam babad Diponegoro versi Surakarta, yang berbunyi " Pangeran kang akanthi wong urakan / Pangeran yang bergaul dengan orang brutal " juga dicatat di babad Kedung Kebo " Pangeran kang akanthi wong durjono, mereka adalah para perampok dan bukan petarung sejati, memasuki medan peperangan hanya untuk mengangkuti makanan "
PENILAIAN DIPONEGORO KEPADA PEJABAT KOLONIAL :
Dalam pergaulannya kadang Diponegoro harus bertemu dan bercakap-cakap langsung dengan para pejabat kolonial, mereka berbahasa Melayu, walaupun bisa namun Diponegoro meladeninya dengan bahasa Jawa Ngoko ( Jawa kasar untuk orang kebanyakan ) Diponegoro pernah mengatakan " bahasa Melayu itu bahasa pitik "
1. Huibert Gerard Nahuys Van Burgst, Residen Jogja 1816 - 1822. Dikecam Diponegoro sebagai orang yang bermulut besar dan angkuh dengan seragam militer nya. Orang yang suka foya-foya dan menularkan gaya hidup Belanda pada para pejabat keraton.
2. John Crawfurd, residen Jogja 1811 - 1814 pria asal Scotlandia. Dinilai oleh Diponegoro sebagai orang yang sangat terpelajar, demikian yang dikatakannya" Saya tidak pernah mengenal satupun pejabat Belanda yang memiliki rasa welas asih kepada sesama, berwatak luhur. Crawfurd selalu mendiskusikan hal apa saja kalau tidak dengan ayah saya ( Hamengkubuwana III ) ya dengan saya. Dan ia memakai bahasa Jawa halus sebagai bahasa nya sendiri. Karena bahasa Melayu adalah bahasa pitik yang tidak ingin didengar oleh penguasa Jawa manapun " ( Knoerle, Journal 1830 : 41 )
Besok : perjalanan mistik Diponegoro.
Gambar : Dr. John Crawfurd residen Jogja yang dikagumi oleh Diponegoro dimasa kolonial Inggris.
0 komentar:
Posting Komentar