Sabtu, 10 Oktober 2020

Amangkurat I

Amangkurat I dan Roro Oyi

Oleh: Anggoro Ruwanto



Ini adalah peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat I (1645- 1677) sebagai mana dapat kita baca dalam Kitab Babad Tanah Jawi.

Disebutkan bahwa, setelah Surabaya dapat ditundukkan oleh Sultan Agung maka Adipati Surabaya, Pangeran Pekik, tidak dihukum karena Sultan Agung sadar bahwa Surabaya memiliki potensi terbesar sebagai penunjang kekuatan Mataram.

Pangeran Pekik malah dikawinkan dengan adinda Sultan, Ratu Pandansari, kedudukannya pun sebagai Adipati Surabaya tidak dicabut.

Dengan syarat pangeran pekik harus tetap tinggal di Mataram, maka Pangeran Pekik menunjuk Ngabehi Mangunjaya sebagai wakilnya untuk menjalankan pemerintahan di Surabaya.

Ikatan Mataram— Surabaya semakin dipererat ketika Putera Mahkotaò (yang kelak menggantikan Sultan Agung sebagai Sunan Amangkurat I) dikawinkan dengan Puteri Pangeran Pekik. ( Otomatis menjadi Ratu )

Setelah Amangkurat I naik tahta, ( menggantikan ayahandanya Sultan Agung ) maka putera dari hasil perkawinannya dengan Puteri Pangeran Pekik ( Pangeran Tedjoningrat, atau pangeran Anom ) dijadikan Putera Mahkota (dan kelak menjadi Sunan Amangkurat II). Sang Putera Mahkota ini tinggal bersama kakeknya, Pangeran Pekik.

Diceriterakan selanjutnya bahwa Sunan Amangkurat I menginginkan seorang selir baru. Secara kebetulan pilihan jatuh pada Rara Oyi, ( waktu itu masih gadis kecil usia kurang lebih baru 11 tahun ) Puteri Ngabehi Mangunjaya. ( Wakil Pangeran Pekik di Surabaya )

Namun karena sang Puteri masih belum akil balik maka di boyong ke Mataram dan dititipkan di rumah Ngabehi Wirareja dengan perintah agar kelak bila telah dewasa, Rara Oyi segera diserahkan ke istana.

Secara kebetulan Putera Mahkota, singgah di kediaman Ngabehi Wirareja dan bertemu pandang dengan Rara Oyi. Putera Mahkota jatuh cinta demikian pula dengan Roro Oyi. namun betapa sakit hatinya setelah mengetahui bahwa Rara Oyi adalah simpanan ayahandanya sendiri.

Sejak saat pertemuan itu Putera Mahkota selalu sakit sakitan, dan membuat bingung Pangeran Pekik.

Ketika sang kakek ini mengetahui sebab-sebab sakitnya sang cucu, ia segera mengambil tindakan tegas namun gegabah.

Rara Oyi diambilnya dari rumah ngabehi Wiroredjo dan diserahkan pada putera mahkota untuk diperisteri.

Pada waktu Sunan Amangkurat 1 mengetahui segala kejadian itu, jatuhlah putusannya yang mengerikan.

Pangeran Pekik beserta seluruh keluarganya yang terdiri dari 40 orang dibunuh. Ngabehi Wirareja beserta anak isterinya diasingkan ke Ponorogo dan di tengah perjalanan merekapun akhirnya dibunuh semua.

Sedangkan Putera Mahkota diperintahkan membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri. Sang Putera Mahkota ini kemudian memangku isterinya di hadapan Sunan Amangkurat 1 dan dengan deraian air mata yang mengalir deras, dia menikam dada isterinya yang nampak pasrah memejamkan mata dipangkuan nya. sampai tewas. Selanjutnya Putera Mahkota diasingkan ke tempat lain.

Seluruh kompleks kediaman Pangeran Pekik, Ngabehi Wirareja dan Putera Mahkota dihancurkan dan dibakar serta harta bendanya dirampas.

Meskipun akhirnya Putera Mahkota memperoleh pengampunan dari Sunan Amangkurat 1 ( ayahnya ) dan dipanggil lagi ke Mataram.

Walaupun telah diampuni oleh sang raja, Putra Mahkota ternyata tetap menyimpan dendam kesumat pada ayahnya tersebut.

Sakit hati yang mendalam begitu membekas di hatinya yang harus kehilangan wanita yang justru sangat dicintainya.

Berbekal persekutuan dengan orang-orang Madura dan Makassar ( Kareong Galesong ) Pangeran Tedjoningrat pada akhirnya berhasil menggulingkan ayahnya sendiri dari takhta Raja Mataram.

Tidak lama kemudian, setelah memperoleh restu dari VOC, Pangeran Tedjoningrat langsung melantik dirinya sendiri sebagai Amangkurat II, raja Mataram penerus ayahnya.


Catatan : 

Roro Oyi di makamkan di Banyusumurup, Girirejo, Imogiri.


Rujukan : 

1. Sunan Amangkurat Ikeraton.perpusnas..go.id

Sunan Amangkurat I.

2. Babad tanah Jawi.

0 komentar:

Posting Komentar