Sabtu, 10 Oktober 2020

Amangkurat I

Amangkurat I dan Ratu Malang

Oleh: Anggoro Ruwanto



Amangkurat 1 mengeluarkan titah kepada Pangeran Blitar untuk mencari perempuan untuk diperistri. Amangkurat I lalu diperkenalkan oleh Pangeran Blitar dengan Nyi Malang, putri Ki Wayah, seorang dalang wayang gedog terkemuka. Dalam hal ini Pangeran Blitar tidak perduli bahwa putri Ki Wayah tersebut sebetulnya sudah menjadi istri dari Ki Panjang Mas ( Ki Dalem ) yang profesi nya juga dalang wayang gedog yang terkenal di wilayah pesisir pantai Utara. 

Pangeran Blitar sedang menjilat Amangkurat 1 untuk mendapatkan wilayah Kediri.


Padahal waktu itu Nyi Malang sedang hamil 2 bulan. Namun karena parasnya yang sangat cantik sudah membius Amangkurat 1, maka Amangkurat 1 memerintahkan kepada Pangeran Blitar untuk dengan cara apapun Nyi Malang harus bisa diboyong ke Mataram. 


Amangkurat 1 lalu menempatkan Nyi Malang di bangunan Kaputren sebelah timur, dan mendapatkan gelar " Kanjeng ratu wetan " Amangkurat 1 benar benar tergila gila kepada Ratu Malang, sehingga mengabaikan urusan negara dan istri istrinya yang lain.


Sekitar tahun 1649, Ratu Malang melahirkan seorang putra dari pernikahannya dengan suami sebelumnya ( Ki Panjang Mas ). Meski bayi itu bukan darah dagingnya, Amangkurat I tidak sedikitpun kehilangan cintanya. Setelah kelahiran putra tirinya, demi menghindari masalah  yang tidak diinginkan dimasa yang akan datang, Amangkurat 1 memerintahkan kepada Pangeran Blitar untuk membunuh Ki Panjang Mas, 

Mengetahui Ki Panjang Mas tewas dibunuh Amangkurat I, Ratu Malang menangis siang dan malam. Ia sangat meratapi kematian pria yang pernah jadi suaminya itu. Ia pun lalu jatuh sakit dan meninggal tidak lama kemudian. Namun raja melihat ada kejanggalan dalam kematiannya. Karena sebelum meninggal sang ratu mengeluarkan banyak cairan dari dalam tubuhnya, seperti gejala keracunan.


Kematian Ratu Malang menjadi pukulan yang amat berat bagi Amangkurat I. Membuatnya gelap mata, segera ia menyeret 40  dayang-dayang dan pelayan istana yang selama beberapa waktu dekat dengan Ratu Malang. Dijebloskan nya mereka semua kedalam Gandog ( ruangan tanpa jendela / fentilasi udara/ semacam Gudang ) yang gelap dan mengunci nya dari luar, dibiarkan nya mereka semua mati sendiri karena kelaparan dan kehausan. 

Amangkurat 1 curiga ada orang-orang yang sengaja membunuh ratunya itu karena ia sedang mempertimbangkan untuk memberikan takhtanya kepada putra Ratu Malang yang bahkan bukan darah dagingnya.


Jenazah sang ratu kemudian dibawa ke Gunung Kelir untuk dipusarakan. Dalam bukunya, De Graaf menyebut kalau selama beberapa hari liang lahat Ratu Malang tidak ditutup atas permintaan raja. Siang dan malam Amangkurat I diam di dekat makam itu meratapi tubuh perempuan pujaannya yang telah terbujur kaku. ( Ada versi yang menceritakan bahwa Amangkurat 1 tetap berusaha menyetubuhi jasad Ratu Malang ) Kepergian raja menimbulkan kekacauan di keraton. Keluarga dan pejabat kerajaan terus berusaha membujuknya agar kembali pulang


Dalam laporan pejabat Belanda, raja sampai tidak bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik, Bahkan saat pejabat tinggi negeri Belanda berkunjung ke Mataram, Amangkurat I tidak hadir menyambut utusan itu. Sambil menjelaskan keadaannya, para menteri kerajaan sementara menggantikan tugas-tugas sang raja.


“Suatu malam Raja melihat dalam mimpinya bahwa Ratu Malang telah kembali bersatu dengan suaminya, Kiai Dalem." Setelah terbangun, dilihatnya jenazah Ratu Malang sudah tidak berbentuk manusia lagi. Setelah itu ia kembali ke keraton dan dengan marah diperintahkannya agar menutup liang lahat. Setelah itu suasana kembali tenang,” tulis De Graaf.


Rujukan :

1. Babad tanah Jawi.

2. Froncois Valentijn : Oud en Nieuw Oost Indie.

3. Thomas Stanford's Raffles : History of Java.

4. De Graaf : Daghregister 1677,

5. J.J. Meinsma dalam Babad Tanah Jawi: Javaanse Rijskroniek

0 komentar:

Posting Komentar