Sabtu, 10 Oktober 2020

Amangkurat III

Amangkurat III: Pangeran Puger, Raden Ayu Lembah dan Untung Suropati.

Oleh: Anggoro Ruwanto

Pada bagian 6 sudah dikisahkan bahwa akhirnya Amangkurat II menjadi raja di KARTASURA setelah kerajaan nya di Plered digempur oleh Panembahan Giri, Trunojoyo, dan KARAENG GALESONG.


Istana Plered dibangun kembali oleh Pangeran Puger ( adik Amangkurat 2 masih Om nya / Pamannya / Pak De nya, Amangkurat 3 tapi dari lain ibu, untuk lebih jelas nya baca bagian 6 ) setelah Amangkurat 2 meninggal dunia pada tahun 1703. Maka gelar raja / Sunan Kartosuro, jatuh kepada anak laki-laki satu-satunya yaitu Raden mas Sutikno.

Raden mas Sutikno punya perasaan minder yang luar biasa karena dia mempunyai cacat pada kaki kirinya, ( pengkor / kencet ) oleh sebab itu sebagian orang berani memanggilnya dengan panggilan Raden mas Kencet.


Ketika sudah menjadi raja dengan gelar Amangkurat 3, maka watak mindernya ini dia tutup i dengan watak yang bengis dan kejam persis seperti Kakeknya Amangkurat 1 dan ayahnya Amangkurat 2.

mudah marah dan cemburu bila ada pria lain yang lebih tampan darinya, ia juga dikenal sebagai Raja yang gegabah dalam mengambil keputusan.


Sebetulnya banyak pejabat, ulama dan rakyat yang tidak senang dengan kesewenang-wenangan nya itu, sehingga banyak yang mendukung Pangeran Puger untuk menggantikan keponakannya itu. Untuk menahan ambisi Pangeran Puger maka Amangkurat 3 menikahi anak perempuan Pangeran Puger yaitu Raden Ayu Lembah, walaupun sebetulnya Raden Ayu Lembah sudah punya kekasih sendiri, yaitu Raden Sukro, putra Patih Sindurejo.

Walaupun sudah menikah ( terpaksa ) dengan Amangkurat 3 tetapi Raden mas Sukro masih sering menjalin hubungan dengan Raden Ayu Lembah. 

Hingga suatu hari surat kekidungan / asmorondono dari Raden mas Sukro tertangkap oleh Amangkurat 3, lalu dikembalikan lah Raden ayu Lembah kepada orang tuanya. Dengan ancaman apabila Pangeran Puger tidak mau menghukum mati Raden ayu Lembah, maka Kabupaten Plered akan dihancurkan, dan keluarga Pangeran Puger akan dimusnahkan.


Akhirnya Pangeran Puger mengutus adik-adiknya Raden ayu Lembah, yaitu Raden Sudiro dan Raden Ontowiryo untuk membunuh kakak perempuan mereka sendiri.

Sore itu Raden ayu Lembah mandi dengan air kembang setaman lalu memakai pakaiannya yang paling bagus dan berdandan secantik mungkin, kemudian dengan di iringi deraian air mata adik adiknya, mulailah Raden mas Sudiro dan Raden mas Ontowiryo melilitkan selendang halus ( Lawe ) yang sudah direndam air, keleher kakaknya. Dan menariknya kuat kuat dan perlahan-lahan sampai kakaknya kehabisan nafas dan meninggal dunia. ( Sekarang tempat dimana eksekusi itu dilaksanakan terkenal dengan nama kampung Laweyan / pusat batik di Solo ) 

Akhirnya atas perintah Amangkurat 3 jasad Raden ayu Lembah harus dimakamkan di pesarean Banyu sumurup ( pemakaman khusus untuk para petinggi istana yang dianggap berkhianat / memalukan )


Sedangkan Raden mas Sukro dipanggil secara baik-baik oleh Amangkurat 3 dengan janji hendak direstui hubungan nya dengan Raden ayu Lembah. 

Namun saat Raden mas Sukro hendak menyembah dengan cara sujud kepada Amangkurat 3 untuk berterima kasih... tiba tiba saja kepalanya ditekan oleh kaki kanan Amangkurat 3 lalu para pejabat istana segera menyembelih leher Raden mas Sukro, sebagian lagi menusuk i tubuhnya dengan keris. Semua kejadian ini terjadi di ndalem Sindurejan.


Hal ini membuat sebagian pejabat Istana tidak lagi suka kepada Rajanya. Diam-diam mereka mendukung Pangeran Puger untuk menjadi Raja di Kertasura, dukungan ini kemudian ditanggapi oleh Raden Surya Kusumo yang tak lain merupakan putra Pangeran Puger untuk melakukan pemberontakan.


Belum juga terlaksana, upaya pemberontakan yang dilancarkan keluarga Pangeran Puger tercium oleh Amangkurat III, oleh karena itu, Raja kemudian mengirim utusan untuk membunuh Pangeran Puger beserta seluruh keluarganya, akan tetapi upaya pembunuhan gagal. Sebab sebelum dibunuh Pangeran Puger telah mengetahui rencana pembunuhan keluarga dan dirinya. Dalam rangka menghindari upaya pembunuhan, Pangeran Puger dan seluruh anggota keluarganya melarikan diri ke Semarang.


 Di Semarang Pangeran Puger diliputi kegelisahan karena merasa jiwanya terancam, ia takut suatu waktu keponakannya ( Amangkurat 3 ) menyerbu Semarang, oleh karena itu Pangeran Puger kemudian mengadakan persekutuan dengan VOC Belanda, ia mengiming-imingi VOC dengan keuntungan yang besar bila bersedia membantunya melengserkan keponakannya dari tahta. Kerjasama antara Pangeran Puger dan VOC kemudian terbina.


Pada tahun 1705 Pangeran Puger dengan dibantu VOC bergerak ke Kartasura untuk melakukan serangan, di sisi lain Amangkurat III membangun pertahannya di Unggaran. Pertahanan dikepalai oleh Arya Mataram. Akan tetapi dikemudian hari Arya Mataram membelot ia bergabung dengan pasukan Pangeran Puger.


Pada Tahun 1706 gabungan pasukan Pangeran Puger, Arya Mataram dan VOC Belanda berhasil  merebut keraton Kertasura setelah terlibat peperangan yang sengit dengan pihak Kesultanan. Biarpun demikian Amangkurat III berhasil melarikan diri ke Ponorogo.

Sesampainya di Ponorogo bukannya berbaik-baik dengan Adipati-nya, Amangkurat III justru merasa curiga terhadap kesetiaan rakyat dan Adipati Ponorogo. Ia pun menyiksa Adipati dan beberapa pejabat tinggi Keadipatian. Dengan cara meludah i muka mereka satu persatu. Yang dilakukan oleh Amangkurat 3 dan para pengikutnya.


Melihat Adipatinya disiksa Rakyat Ponorogo berontak, mereka melakukan pengepungan, tujuannya menangkap Amangkurat III, akan tetapi Amangkurat III berhasil melarikan diri ke Madiun. Dari Madiun Amangkurat III kemudian bertolak ke Kediri, untuk bergabung dengan Untung Suropati yang kala itu sedang berperang melawan VOC Belanda.

( Siapakah Untung Suropati ? Kelak akan saya jelaskan )


Pangeran Puger yang masih belum puas kerena belum berhasil meringkus keponakannya akhirnya melancarkan serangan ke Kediri, ia mencoba memberantas pasukan Amangkurat III yang kala itu sudah bergabung dengan Untung Suropati.


Pada Tahun 1708 Pangeran Puger berhasil merebut Kediri, Amangkurat III tertangkap, sementara Untung Suropati berhasil melarikan diri. Setelah tertangkap Amangkurat III dikirim ke Batavia dan selanjutnya di buang ke Srilangka. Amangkurat III wafat pada tahun 1734 di tempat pembuangannya.


Amangkurat III menjabat sebagai Sultan Kesunanan Kartasura dari tahun 1703 hingga 1705, ini berarti ia hanya memerintah seumur jagung saja, yaitu hanya memerintah selama 2 tahun lebih sedikit. Kekalahan Amangkurat III kemudian mengantarkan Pangeran Puger menjadi Raja Kartasura selanjutnya, adapun gelar yang disematkan kepada Pangeran Puger adalah Pakubuwana I. ( Bukan Amangkurat 4 )

0 komentar:

Posting Komentar